Tajuk Rencana


Tajuk rencana atau yang sering dikenal dengan editorial merupakan suatu 
bentuk opini atau pandangan media terhadap suatu peristiwa yang diangkat yang 
terdapat dalam surat kabar. Dulu, tajuk rencana dikenal dengan istilah “Induk 
Karangan” yang sesungguhnya berasal dari bahasa Belanda “Hoofd artikel” 
sedangkan dalam bahasa Inggris, tajuk rencana disebut dengan istilah “leader.
Siregar (2003:63) menjelaskan bahwa “Tajuk rencana adalah roh bagi 
sebuah harian atau otomisme dari seluruh konten surat kabar menurut perspektif 
atau pandangan redaksi media”. Melalui tajuk itulah kemudian redaksi 
mengemukakan pendapat atau opini, pikiran dan kritisme terhadap beragam 
peristiwa yang dikonstruksi untuk menghasilkan sebuah sudut pandang yang 
nantinya akan ditampilkan ke tengah publik yang pada prinsipnya tetap 
berlandaskan pada fakta. Dengan kata lain, opini atau pandangan yang 
ditampilkan dalam media merupakan hasil dari kebijakan redaksional yang 
dianggap mewakili redaksi dan merupakan cerminan sikap media terhadap 
permasalahan yang terjadi.
Oleh karena itu, tajuk rencana biasanya ditulis oleh pemimpin redaksi atau 
bisa juga oleh wartawan senior yang sudah berpengalaman, berwawasan dan 
berpandangan luas, serta arif dalam berpandangan, sehingga ketika ia 
mengeluarkan pendapat atau opini, ia tidak melibatkan perasaan pribadi yang 
nantinya akan mempengaruhi isi teks tajuk tersebut. Unsur yang paling penting 
dari pembuat tajuk adalah ia harus mengerti nilai berita, karena nantinya ia harus 
bisa menjelaskan argumentasinya secara logis terhadap pandangan yang 
dikeluarkan mengenai penyebab dan akibat suatu peristiwa. Selain itu, ia juga 
harus bertanggung jawab terhadap pemikiran atau perspektif yang timbul di 
tengah masyarakat atas tajuk yang ditampilkan. “Bisa dikatakan ketika penulis pro 
atau membela sesuatu, maka ia harus memberikan alasan yang kuat. Begitupun 
dengan sebaliknya, ketika penulis menyerang terhadap permasalahan yang terjadi, 
maka ia juga harus bisa memberikan alasan dari penyerangan tersebut” (Barus, 
2010:37). Dengan demikian, penulis yang bertugas menulis tajuk rencana 
haruslah memilliki kepekaan terhadap situasi sosial disekitarnya yang bisa 
dijadikan bahan dalam menulis tajuk rencana.


Sifat Tajuk Rencana 
Panuju (2005:30) menjelaskan ada beberapa sikap yang seharusnya bisa 
dilakukan oleh para redaktur surat kabar ketika menulis tajuk rencana, sebagai 
berikut: 
1. Bersifat favorable ketika media dalam wacana atau teksnya mendukung dan 
menyetujui terhadap masalah atau isu yang sedang aktual. 
2. Bersifat unfavorable, ini merupakan kebalikan dari favorable. Dimana media 
menampilkan wacana berupa menentang dan tidak setuju terhadap masalah 
atau kejadian yang sedang aktual. 
3. Bersifat netral, disini media hanya sekedar memberi informasi tentang 
peristiwa yang sedang bergulir, tanpa memberikan penilaian ataupun 
penghakiman, tidak juga memberikan sikap dan pandanganya terhadap 
masalah tersebut.


Unsur Tajuk Rencana 
Kemudian Suherman dalam Santana (2005:48) menjelaskan beberapa 
unsur penting dalam tajuk rencana. 
1. Fakta. 
Fakta merupakan unsur utama dalam suatu pemberitaan tak terkecuali 
tajuk rencana. Fakta menjadi acuan wartawan dalam mengutarakan opini atau 
pandangan dari media tersebut. Tanpa adanya fakta, maka argumen atau opini 
yang ditampilkan media dalam teksnya tidak bisa dipertanggungjawabkan, bahkan 
bisa dikatakan sebagai fitnah belaka. Lalu dampak yang ditimbulkan dari tajuk 
tersebut bukan hanya terhadap subjek yang diberitakan, tapi akan berpengaruh 
terhadap kepercayaan publik dan kredibilitas media itu sendiri.
2. Interpretasi. 
Interpretasi menjadi proses penting lainnya, interpretasi merupakan 
keseluruhan dari proses kegiatan yang dilakukan oleh wartawan dari mulai 
memahami suatu fenomena sampai dengan pemroduksian fenomena tersebut 
menjadi suatu pesan yang siap untuk dikomunikasikan kepada khalayak.
3. Opini. 
Opini merupakan pernyataan-pernyataan terhadap suatu persoalan yang 
tengah bergulir, dan dari pernyataan-pernyataannya bisa terlihat sikap media 
tersebut.


Model Tajuk Rencana 
Rizal Mallarangeng dalam Panuju (2005:65) membagi tajuk rencana ke 
dalam tiga model, yakni model jalan tengah (MJT), model angin surga (MAS), 
dan model anjing penjaga (MAP). Penjelasannya sebagai berikut:
1. Tajuk MJT, tajuk model lebih terkesan ingin menghindari konfrontasi 
langsung dengan pihak yang sedang diulas atau dikritisi. Bentuk 
pemberitaannnya cenderung berputar-putar, sehingga mengaburkan pesan 
yang akan disampaikan. 
2. Tajuk MAS, tajuk model ini dibuat dengan tulisan yang didalamnya 
mengandung imbauan serta harapan. 
3. Tajuk MAP. Tajuk model ini kebalikan dari tajuk MJT. Disini penulis dengan 
lugas, berani, tajam dan kritis terhadap suatu peristiwa, sekalipun kritik itu 
ditujukan kepada pemangku kekuasaan. Tajuk seperti itulah yang betulbetul 
menjalankan perannya sebagai media pers sekaligus sebagai lembaga kontrol
dan pemberi informasi yang mendidik dan mencerdaskan pembaca.


Fungsi Tajuk Rencana 
Menurut Pinkerton (2008) fungsi dari tajuk rencana di anataranya:
1. Menjelaskan berita-berita yang dianggap penting
2. Menjelaskan latar belakang terjadinya suatu masalah atau peristiwa
3. Meramalkan masa depan berdasarkan masalah atau peristiwa yang sedang 
terjadi 
4. Menyampaikan pertimbangan moral berdasarkan kebenaran yang bisa diterima 
oleh semua lapisan masyarakat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK PADA CERPEN AIR MATA UNTUK MAMA KARANGAN KARIN NURIYAH